NEWS & PUBLICATION

Aleksius Jemadu: ?Indonesia Harus Lebih Dewasa?

07/09/2009 Uncategorized

Aleksius Jemadu: ?Indonesia Harus Lebih Dewasa?

Indonesia dan Malaysia adalah negara tetangga, saudara dan kedua negara adalah Melayu, namun, akhir-akhir ini, Malaysia sering ?ikut campur? Indonesia dengan mengklaim beberapa seni dan budaya milik Indonesia

Indonesia dan Malaysia adalah negara tetangga, saudara dan kedua negara adalah Melayu, namun, akhir-akhir ini, Malaysia sering ?ikut campur? Indonesia dengan mengklaim beberapa seni dan budaya milik Indonesia

 

Indonesia dan Malaysia adalah negara tetangga, saudara dan kedua negara adalah Melayu, namun, akhir-akhir ini, Malaysia sering ?ikut campur? Indonesia dengan mengklaim beberapa seni dan budaya milik Indonesia. Pada kenyataannya, apakah sebenarnya akar dari perseteruan kedua negara ini?

 

?Baik Indonesia maupun Malaysia ingin berkompetisi untuk menjadi pemimpin, setidaknya di daerah Asia Tenggara,? kata Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politij Universitas Pelita Harapan, Aleksius Jemadu. Ia juga menambahkan perseteruan sebenarnya sudah dirasakan sejak dari Malaysia berdiri yaitu pada tahun 1959. Pada waktu itu, Soekarno sangat menentang karena menurutnya itu merupakan proyek neo-imperialisme dan neo-kolonialisme.

 

Dalam perkembangannya, dapat terlihat Malaysia memiliki populasi lebih sedikit daripada Indonesia sehingga negara tersebut dapat berkembang lebih cepat. Hal ini memberikan kepercayaan diri yang besar untuk Malaysia. Dan lagi, ada sedikit superioritas dalam hal ekonomi ketika di bawah kepemimpinan Mahathir Mohamad pada waktu itu.

 

?Dan hal ini juga diperkuat dengan fakta bahwa Indonesia sering mengirimkan Tenaga Kerja Indonesia ? TKI yang tidak mempunyai kemampuan menonjol. Sehingga, gambaran Indonesia di Malaysia terlahir dari pengalaman seperti ini yang akhirnya meremehkan Indonesia dan membentuk tindakan mereka,? katanya.

 

Hubungan antara Indonesia dan Malaysia sebenarnya cukup dekat dan baik di tingkat pemerintahan maupun petinggi negara. Mereka sering melakukan kunjugan , contohnya SBY mengunjungi Badawi. ?Namun ada banyak perselisihan di tingkat bawah yang terkadang memuncak sampai adanya demonstrasi. Jadi, hanya terlihat baik di tingkat atas namun di level bawah, kondisinya dinamis. Hubungan antar penduduk tidak harmonis,? kata Aleks.

 

Dalam hal ini, penduduk Indonesia jangan terbawa emosi, namun harus menghadapinya dengan kedewasaan. Terutama untuk masalah serius seperti perseteruan teritorial, selain kedewasaan, pemerintah Indonesia juga harus tegas, kekuasaan negara juga harus tetap dipertahankan. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang ingin teritorial negaranya diambil oleh negara lain. Namun, tidak berarti penduduk harus menghadapinya dengan demonstrasi. Kita tidak mengajarkan penduduk untuk bertindak anarkis.

 

Perseteruan antara Indonesia dan Malaysia sebenarnya merupakan pelajaran bagi penduduk Indonesia untuk lebih menghargai budaya sendiri dan belajar untuk menjadi lebih dewasa. Berlawanan dengan Malaysia yang tidak memberitakan hal negatif tentang Indonesia. Intinya, sesama negara di Asia Tenggara dilarang untuk menghina dan mengejek satu sama lain. (cynruslan)


UPH Media Relations