Para pembicara berfoto bersama Mahasiswa SoD
|
UPH School of Design mengadakan acara Buka Buku ‘7 Arsitek Indonesia’ – karya Peter Yogan Gandakusuma dan Murni Khuarizmi, penerbit Puspa Swara pada hari Jumat, 28 Agustus 2015 pukul 09.00 ? 12.00 di Gedung B Universitas Pelita Harapan. Acara dihadiri oleh sekitar 150 orang yang terdiri dari mahasiswa dan dosen School of Design UPH, merupakan diskusi tatap muka mengenai 7 Arsitek Indonesia yang dibagi dalam 2 sesi pembahasan. Narasumber dalam diskusi ini adalah para akademisi dan profesional arsitek yaitu Martin Luqman Katoppo (dosen Desain Produk SoD), Stanley Wangsa (dosen Arsitektur SoD), Ign. Susiadi Wibowo, dan Ariko Andikabina, dipandu oleh kedua penulis.
Sesi pertama mengupas mengenai reponsive dan terkalkulasi dibawakan oleh Martin Luqman Katoppo dan Stanley Wangsa, dengan Peter Yogan Gandakusuma sebagai moderator. Para akademisi membahas topik dari perspektif bidang masing-masing. Menurut Stanley, dalam setiap proyek, material serta latar belakangnya sangatlah penting. Sedangkan menurut Martin yang paling penting dari setiap proyek desain yaitu cara menghuninya. ?Jangan terburu-buru terjebak dengan bentuk fisiknya, tetapi cara menghuninyalah yang terpenting,? ujar Martin. Stanley mengatakan bahwa ruang adalah tempat untuk bernegosiasi. ?Sedangkan geometri atau form adalah milik arsitek,? tambahnya. Kedua narasumber memberikan paparan yang saling melengkapi. Stanley menyimpulkan bahwa proyek perancangan adalah proyek pengontrol semua isu. |
(ki-ka) Sesi pertama oleh Peter, Stanley, dan Martin
|
(ki-ka) Sesi kedua oleh Ariko, Susiadi, dan Murni
|
Murni Khuarizmi kemudian memandu sesi kedua yang dibawakan oleh Ign. Susiadi Wibowo dan Ariko Andikabina. Pada sesi kedua ini, perbincangan lebih berpusat pada pentingnya esensi dibandingkan ruang. Ketika diberikan proyek ruang, harus berani untuk meredefinisikan ruang tersebut karena ada nilai-nilai tertentu. Jika pintar menerjemahkan gejala-gejala, akan lahir bangunan rumah dengan model-model yang berbeda. Menurut Ariko, sebuah ruang tidak akan ada maknanya jika tidak ada orangnya. Jika ruangan ditempati dan dinikmati orang, maka proyek tersebut berhasil. Adi berkata bahwa untuk melahirkan sebuah ide desain menarik, harus berdebat dengan diri sendiri, berdiskusi dengan teman, dosen, tetangga, dan orang sekitar. Jika berhenti berdebat dan berdiskusi, pasti hasilnya tidak menarik. ?Proyek arsitektur adalah proyek yang merekam informasi yang pernah diserap sebelumnya. Apabila informasi yang diserap sedikit, maka hasilnya juga sedikit. Yang membuat orang jadi arsitek adalah gairahnya untuk merancang,? tutur Adi. |
Diskusi ditutup dengan rangkuman dari Murni dan Peter. Melalui penuturan mengenai teori dan pengalaman para pembicara, mahasiswa SoD UPH, khususnya mahasiswa baru mendapat banyak wawasan mengenai dunia arsitek dan desain. (nn)
UPH Media Relations
|