College Talks Nursing & Education UPH Festival 2024: UPH Siapkan Mahasiswa UPH Menghadapi Era AI dalam Dunia Keperawatan & Pendidikan.

Inovasi dari kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) tidak hanya relevan bagi mereka yang berada di garis terdepan teknologi, tetapi juga penting untuk dipahami dan dikembangkan sejak dini. Generasi muda khususnya mahasiswa memiliki peran besar dalam mempersiapkan diri untuk berkontribusi dalam transformasi digital, terutama di bidang pendidikan dan keperawatan. Persiapan ini menjadi sangat penting karena dunia sedang mengalami perubahan cepat yang didorong oleh perkembangan teknologi AI. 

Sebagai universitas yang berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan ini dan membentuk pemimpin masa depan yang berkualitas, Universitas Pelita Harapan (UPH) terus menyediakan berbagai bentuk pembekalan untuk membantu mahasiswa meraih kesuksesan di masa depan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui program College Talks: College of Nursing & Education. Program yang merupakan bagian dari rangkaian acara UPH Festival 2024 ini diadakan di Gedung Fakultas Kedokteran UPH Kampus Lippo Village, Tangerang, pada 15 Agustus 2024; dan dihadiri oleh ratusan mahasiswa baru dari Fakultas Pendidikan dan Keperawatan UPH. 

Tema yang diangkat dalam acara ini adalah “Transforming Education & Nursing: Embracing Innovation for Future Success”. Untuk membahas topik ini, UPH menghadirkan dua narasumber ahli, yaitu Mark Thiessen, B.Sc. (Hon.), M.Ed., OCT selaku Head of School Sekolah Pelita Harapan (SPH) Kemang Village dan Christine L. Sommers, Ph.D., RN, CNE yang merupakan Executive Dean College of Nursing & Education UPH. 

Dalam paparannya yang berjudul “Transforming Learning: Embracing Modern Tools for Student Success”, Mark menyampaikan bahwa AI adalah alat yang memiliki potensi besar, tetapi juga harus digunakan dengan bijaksana, terutama dalam konteks pandangan Kristen. Ia menilai, teknologi AI pada dasarnya netral (tidak baik atau buruk), tetapi moralitasnya ditentukan oleh bagaimana manusia menggunakannya. Oleh karena itu, sebagai pengguna, kita memiliki tanggung jawab moral dalam pemanfaatan AI. 

Mark melanjutkan, ada tiga manfaat AI dalam dunia pendidikan. Pertama, efisiensi dalam tugas administratif. Namun, ia mengingatkan agar guru tidak mengambil hasil dari AI secara mentah-mentah. AI harus digunakan untuk meringankan beban guru, agar mereka bisa fokus pada tugas yang lebih penting, seperti membangun hubungan pribadi dengan siswa. 

Manfaat kedua adalah AI dapat mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan pencapaian siswa, sehingga setiap siswa mendapatkan pembelajaran yang paling sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.  

Ketiga, AI dapat mendukung komunikasi yang lebih efisien antara guru dan orang tua. Misalnya, AI seperti ChatGPT, bisa membantu guru dalam menyusun pesan yang mungkin sulit disampaikan kepada orang tua. 

Mark menambahkan, AI tidak akan pernah bisa menjadi alat bantu yang sempurna. Meskipun AI dapat meningkatkan efisiensi, sentuhan manusia tetap sangat penting dalam pendidikan. Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa tanggung jawab untuk menggunakan AI dengan bijaksana ada pada pengguna. “AI seharusnya digunakan sebagai alat bantu untuk mengoptimalkan bakat yang telah Tuhan berikan, bukan sebagai pengganti peran guru dalam membimbing dan mendidik siswa,” pesan Mark. 

Sementara dalam paparannya yang berjudul “Advancing Healthcare: Integrating Technology for Better Care”, Christine memandang bahwa AI memiliki potensi besar untuk mengubah cara perawat bekerja, terutama dalam hal analisis data, penggunaan robotik, dan telehealth. Ia mencontohkan, AI dapat digunakan untuk memantau kondisi pasien secara real-time dengan menempatkan alat di dalam tubuh pasien. Alat ini memonitor perkembangan kesehatan dan memungkinkan perawat untuk memberikan tindakan secara proaktif kepada pasien.  

Contoh lainnya adalah telehealth, yang memungkinkan koneksi antara pasien dan tenaga kesehatan yang berada di lokasi yang berjauhan. Telehealth ini sering menggunakan aplikasi video seperti WhatsApp atau Zoom untuk berkomunikasi dengan pasien. Popularitas telehealth meningkat selama pandemi Covid-19 dan tetap relevan hingga saat ini. Namun, Christine juga menggarisbawahi tantangan etika yang muncul dengan penggunaan AI dalam keperawatan. Salah satu tantangan terbesar adalah memastikan adanya kepercayaan antara penyedia layanan kesehatan dan pasien, terutama saat kehadiran manusia digantikan oleh teknologi.  

Meskipun AI dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan, Christine menekankan bahwa AI tidak selalu 100 persen benar. Oleh karena itu, perawat dan profesional kesehatan lainnya harus selalu mengevaluasi apakah AI benar-benar mendukung keputusan klinis dengan tepat. Lebih lanjut, Christine mendorong para mahasiswa keperawatan untuk mulai menggunakan AI dan melihat potensi yang ditawarkannya.  

“Masing-masing dari kalian akan menjadi pemimpin di masa depan, baik sebagai perawat maupun guru. Mari kita gunakan AI dengan bijak untuk membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesehatan dan pendidikan,” ucapnya. 

Melalui program College Talks: College of Nursing & Education, UPH berupaya memberikan wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana AI dapat dimanfaatkan dalam pendidikan dan keperawatan. Dengan bimbingan dari para ahli seperti Mark Thiessen dan Christine L. Sommers, mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan AI secara bijak, mengoptimalkan potensinya, dan tetap menjaga sentuhan manusia yang esensial dalam setiap aspek profesi mereka. AI adalah alat bantu yang kuat, tetapi tanggung jawab dan etika dalam penggunaannya tetap berada di tangan manusia.  

Selain College of Nursing & Education, College Talks juga menghadirkan tiga acara lainnya, yaitu College of Business & Technology, College of Arts & Social Sciences, dan College of Health Sciences. Program ini merupakan bukti nyata bahwa UPH telah mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi pemimpin masa depan sejak hari pertama mereka memulai perjalanan akademis. UPH berkomitmen menghadirkan pendidikan berkualitas unggul untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi lulusan yang takut akan Tuhan, kompeten, dan berdampak positif bagi masyarakat.