Hadirkan Pakar Komputasi Internasional, UPH Persiapkan Mahasiswa untuk Memahami Tantangan dan Peluang Kerja di Era AI.

Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah berkembang pesat dan penerapannya semakin luas dalam berbagai sektor, mulai dari industri hingga pelayanan publik. Kemajuan ini menimbulkan pertanyaan besar, “Apakah AI suatu saat akan sepenuhnya menggantikan manusia?” Beberapa pekerjaan memang sudah terancam digantikan oleh AI, tetapi untuk memahami dampak AI sepenuhnya di masa depan, kita perlu melihat jauh ke depan dan menyadari betapa pentingnya pendidikan tinggi dalam mempersiapkan generasi muda yang siap menghadapi perubahan. 

Komitmen untuk memastikan generasi muda yang siap menghadapi kemajuan teknologi AI di masa depan ini diwujudkan oleh Universitas Pelita Harapan (UPH) melalui berbagai inisiatif. Salah satunya melalui workshop yang diadakan oleh Fakultas Sains dan Teknologi (FaST) dan Fakultas Teknologi Informasi (FTI) UPH, yang bekerja sama dengan BritCham Indonesia Education Centre. Workshop bertajuk “The Rise of AI: Threat to Future Jobs – Truth or Myth” yang digelar pada 26 Agustus 2024 di UPH Kampus Lippo Village, Karawaci ini menghadirkan Dr. Gordon Marshall, seorang pakar di bidang komputasi dan menjabat sebagai Associate Dean (International) of The School of Computing, Engineering and Digital Technologies (SCEDT) di Teesside University, Inggris. 

BritCham Indonesia Education Centre adalah inisiatif yang dikembangkan oleh British Chamber of Commerce in Indonesia (BritCham Indonesia), yakni sebuah organisasi yang mewakili kepentingan bisnis dan perdagangan antara Inggris dan Indonesia. BritCham Indonesia Education Centre sendiri didirikan pada 2020 dan memiliki tujuan untuk memfasilitasi siswa asal Indonesia mendapatkan pengalaman belajar di Inggris, serta memperkuat hubungan pendidikan antara Indonesia dan Inggris. 

Dalam workshop ini, Dr. Gordon Marshall membahas bagaimana AI berkembang dan dampaknya terhadap pekerjaan di masa depan. Ia menekankan bahwa meskipun AI memiliki potensi untuk menggantikan beberapa pekerjaan, tetapi banyak pekerjaan yang masih memerlukan keahlian manusia. Menurutnya, AI dapat menjadi alat yang membantu pekerjaan, bukan menggantikan peran manusia. 

Dr. Gordon kemudian mencontohkan ChatGPT, yaitu sebuah aplikasi AI yang dapat menghasilkan respons layaknya manusia. ChatGPT, kata Dr. Gordon, mampu menjawab pertanyaan dengan cepat dan akurat, serta membuatnya terlihat hampir seperti berbicara dengan manusia sungguhan. Namun, meskipun demikian, pengguna perlu kritis dan memeriksa kembali apakah informasi yang diberikan akurat.  

“Pertanyaannya kemudian, apakah AI akan menggantikan pekerjaan manusia? Dalam beberapa kasus, AI memang sudah mengambil alih pekerjaan yang bersifat rutin dan berulang, seperti layanan pelanggan melalui chatbot. Namun, pekerjaan yang memerlukan kreativitas, pengalaman, dan interaksi manusiawi masih sulit digantikan oleh AI. Misalnya, dalam industri film, seni, musik, penulisan, dan sentuhan manusia masih sangat diperlukan, dan ini adalah hal-hal yang sulit ditiru oleh AI,” ucap Dr. Gordon. 

Dr. Gordon juga menyoroti pentingnya etika dalam penggunaan AI, mengingat teknologi tersebut dapat membuat kesalahan dan terkadang memberikan hasil yang tidak akurat. Ia pun berpesan agar pendidikan tinggi mempersiapkan mahasiswanya tidak hanya dengan keterampilan teknis, tetapi juga dengan pengetahuan tentang cara menggunakan AI dengan bijak dan bertanggung jawab. 

Merespons workshop ini, Dr. Andree Emmanuel Widjaja selaku Dekan FTI UPH menyoroti bahwa AI saat ini tengah menjadi topik hangat di berbagai kalangan, tetapi masih banyak yang belum memahami bagaimana cara menggunakannya sesuai dengan etika. Dr. Andree juga menekankan bahwa meskipun AI dapat membantu meningkatkan efisiensi dalam berbagai kegiatan, ada batasan-batasan yang tidak bisa dilampaui oleh teknologi ini. Lebih lanjut, Dr. Andree mengingatkan bahwa meskipun AI akan menghilangkan beberapa pekerjaan, teknologi ini juga akan menciptakan lapangan pekerjaan yang baru. 

“Dunia akan berubah dengan adanya AI, dan kita perlu mempersiapkan generasi muda yang siap menghadapi perubahan ini. Pekerjaan-pekerjaan baru akan muncul, dan penting bagi kita untuk memberikan kesadaran kepada mahasiswa agar mereka siap memasuki dunia kerja di era AI,” kata Dr. Andree. 

Meskipun AI membawa perubahan besar dalam dunia kerja, tidak berarti bahwa pekerjaan manusia akan sepenuhnya tergantikan. AI adalah alat yang dapat membantu manusia dalam berbagai aspek pekerjaan, tetapi kreativitas, pengalaman, dan interaksi manusia tetap tidak tergantikan. Melalui workshop ini, mahasiswa diharapkan tidak hanya fokus pada tantangan yang dihadirkan AI, tetapi juga pada peluang yang dapat diciptakan.  

UPH berkomitmen menghadirkan pendidikan yang unggul, serta relevan dengan kemajuan dan perubahan tren yang ada. Oleh karena itu, mahasiswa UPH siap menjadi lulusan yang takut akan Tuhan, kompeten, dan berdampak positif bagi masyarakat melalui pendidikan unggul.