2024
College Talks Business & Technology UPH Festival 2024: Adaptasi Bisnis dan Teknologi di Era Digitalisasi.
Universitas Pelita Harapan (UPH) Festival 2024 setiap tahunnya menghadirkan sejumlah narasumber praktisi andal sebagai bagian dalam rangkaian acara penerimaan mahasiswa baru. Kali ini, College of Business & Technology (CBT) UPH mengajak mahasiswa baru untuk meningkatkan awareness mengenai bisnis dan teknologi di era digital dalam College Talks yang berlangsung pada 15 Agustus 2024. Para mahasiswa baru diajak untuk mengenal hubungan bisnis dan teknologi. Praktisi yang hadir sebagai narasumber dalam College Talks ini yaitu Director at PT MAP Tbk. (Apple Digimap Jakarta) Anthony Cottan dan Country Lead at PT Amazon Web Services (AWS) Indonesia Dr. Agustinus Nicholas L. Tobing bersama Dra. Gracia Shinta S. Ugut, MBA, Ph.D sebagai moderatornya.
Digitalisasi dalam Bisnis Retail
Menurut Anthony Cottan, kehadiran smartphone dapat menjadi bantuan sekaligus ancaman dalam dunia bisnis di era digital.
“Mobile phone adalah produk canggih yang kamu miliki dan pasti setiap dari kamu setidaknya memiliki satu. Sebanyak 50% karyawan saya melihat handphone saat rapat. Maka, kita harus sangat ahli dalam multitasking dan menggunakan ponsel dengan bertanggung jawab. Karena memang teknologi yang membantu bisnis untuk tetap berjalan,” jelasnya.
Anthony, yang juga merupakan alumni program Doktor Manajemen UPH, menjelaskan bahwa melalui pengalamannya di bidang bisnis ritel, kemampuan beradaptasi dengan dinamika yang ada memegang kunci penting. Menurutnya, perubahan adalah satu-satunya hal yang paling konstan dalam hidup.
“Kalau kita tidak berubah, maka kita akan tergantikan (oleh teknologi),” tambahnya.
Ia juga menjelaskan bahwa saat ini digitalisasi dalam bisnis ritel dan Food & Beverage (F&B) telah menghadirkan berbagai inovasi, seperti penggunaan platform penjualan digital (e-commerce seperti Tokopedia dan Shopee), papan pilihan menu yang tersedia baik di toko fisik maupun online store, teknologi yang diterapkan pada mesin drive-thru, serta sistem yang mengatur kerja sama dengan delivery partner seperti GoFood dan Grab.
Anthony juga menyoroti berbagai tantangan dalam proses digitalisasi di dunia bisnis. Menurutnya, menjalin relasi dengan banyak vendor atau pihak ketiga bukanlah hal yang mudah, mengingat banyaknya perusahaan lain yang memiliki kepentingan serupa. Selain itu, ia menjelaskan bahwa kurangnya dedikasi dari divisi Information Technology (IT) bisa menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan bisnis. Tantangan lainnya termasuk risiko peretasan pada sistem Point of Sale (POS) yang dapat menyebabkan kebocoran data bisnis, serta kesulitan dalam mengintegrasikan kebutuhan ritel dan F&B ke dalam infrastruktur sistem yang ada.
Peran AI bagi Profesi Akuntan
Selain pembahasan terkait bisnis ritel, Dr. Nicholas melanjutkan dengan paparan yang mengupas mengenai Artificial Intelligence (AI). Menurutnya, AI adalah program yang telah dilatih untuk meniru cara kerja otak manusia dengan tujuan agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, efisien, dan menambahkan insight. Namun di sisi lain AI masih memiliki keterbatasan khususnya di dunia finance dan akuntansi, seperti kurangnya kemampuan critical thinking pada AI, ketidakmampuan AI dalam mengambil keputusan tertentu, serta adanya masalah kepercayaan terhadap hasil yang dihasilkan oleh AI.
Lebih lanjut Dr. Nicholas menjelaskan bahwa ada dua jenis AI yang dimanfaatkan manusia, yaitu generative AI dan machine learning. ChatGPT, yang kini banyak digunakan, termasuk dalam generative AI, sementara akuntan lebih sering memanfaatkan AI berbasis machine learning atau data-driven AI.
Dr. Nicholas juga mengingatkan bahwa meskipun AI memiliki beragam manfaat, penggunaannya tidak terlepas dari beberapa risiko. Pertama, hallucination (veracity), di mana AI kadang memberikan jawaban yang tidak sesuai fakta karena kualitas data yang kurang memadai. Kedua, toxicity and safety—AI sangat bergantung pada penggunanya; jika pengguna memiliki bias atau sering menyebarkan ujaran kebencian, hasil AI bisa mengandung stereotip dan ujaran kasar. Ketiga, risiko intellectual property, di mana AI merekam data yang dapat mengancam keamanan data internal perusahaan. Terakhir, ada risiko data privacy karena penggunaan AI melibatkan perlindungan privasi data.
Terlepas dari beragam tantangan dan risiko, kemampuan beradaptasi dalam menggunakan AI di bidang akuntansi tentunya penting. Ia mengatakan, “Empat tahun lagi, akuntan yang menguasai dan mengimplementasikan AI serta mampu menggunakan algoritma AI dan sustainability reporting dengan AI akan sangat dicari.”
Menutup paparannya, Dr. Nicholas juga membagikan beberapa kiat sukses sederhana bagi mahasiswa baru UPH, seperti menata tempat tidur setiap pagi sebagai tanda kesiapan memulai hari, menjadi yang unik dan menonjol dalam bidangnya daripada hanya berfokus menjadi yang nomor satu, serta menerapkan metode istirahat 5 menit setiap 20 menit sekali untuk meningkatkan produktivitas dan fokus dalam belajar atau bekerja.
Dengan menghadirkan para praktisi berpengalaman seperti Anthony Cottan dan Dr. Nicholas, UPH memastikan bahwa para mahasiswa tidak hanya mendapatkan wawasan teoretis, tetapi juga pandangan praktis yang relevan untuk masa depan karier mereka. Melalui seluruh rangkaian UPH Festival 2024 inilah mahasiswa baru diberikan pembekalan komprehensif sesuai bidang, khususnya dalam memahami dinamika bisnis dan teknologi di era digital.
Selain College of Business & Technology, UPH Festival juga menghadirkan tiga acara lainnya, yaitu College of Health Sciences, College of Arts & Social Sciences, dan College of Nursing & Education. Program ini merupakan bukti nyata bahwa UPH telah mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi pemimpin masa depan sejak hari pertama mereka memulai perjalanan akademis. UPH berkomitmen menghadirkan pendidikan berkualitas unggul untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi lulusan yang takut akan Tuhan, kompeten, dan berdampak positif bagi masyarakat.