Kemenkes Sebut UPH Sumber Talenta Muda Terbaik, Ajak Mahasiswa Wujudkan Indonesia Emas 2045.

Salah satu upaya untuk mewujudkan visi Indonesia Emas pada 2045 adalah dengan cara menciptakan masyarakat yang sehat dan produktif. Untuk bisa mencapai visi tersebut, dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan kompeten. Kementerian Kesehatan (Kemenkes), lembaga pemerintah Indonesia yang bertanggung jawab atas urusan kesehatan nasional memainkan peran penting dalam mencapai tujuan Indonesia Emas 2045. Berkaitan dengan hal ini, Kemenkes mengadakan program “Kemenkes Goes to Campus” yang dilaksanakan di Universitas Pelita Harapan (UPH) Kampus Lippo Village, Karawaci, Tangerang pada 2 Juli 2024.

Bertajuk “Kemenkes Memanggil Talenta”, program ini bertujuan menjaring lebih dari 8.000 lulusan perguruan tinggi lintas disiplin ilmu agar bergabung dengan Kemenkes dan berkontribusi dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Sebanyak 18 kampus menjadi lokasi pelaksanaan program ini, yaitu UPH, Universitas Indonesia (UI), Universitas Bina Nusantara (Binus), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Brawijaya (Unibraw), Universitas Trisakti, Universitas Sebelas Maret, Universitas Diponegoro (Undip), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Hasanuddin (Unhas), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Udayana (Unud), Universitas Syiah Kuala, dan Universitas Andalas (Unand).

Dalam sambutannya, Pierre Mauritz Sundah, M.I.Kom selaku perwakilan dari Student Learning Experience (SLE) UPH mengatakan, untuk bisa mewujudkan Indonesia Emas 2045, perguruan tinggi berperan penting dalam mempersiapkan talenta-talenta muda yang unggul. Ia pun mengapresiasi Kemenkes yang telah memberikan kesempatan kepada UPH untuk ikut berkontribusi dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

“Semoga kegiatan ini bisa menjadi inspirasi dan memberikan wawasan baru, serta membuka peluang bagi mahasiswa untuk berkreasi hingga melanjutkan pekerjaan atau mengejar impian di Kementerian Kesehatan,” kata Pierre.

Turut hadir Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi, Dr. Bambang Widianto, M.A. Ia menyampaikan, “Acara ini menjadi sarana kami ingin mencari talenta-talenta terbaik dan UPH adalah sumber dari talenta-talenta terbaik tersebut. Ini saatnya kita berbenah, kita butuh talenta-talenta seperti kalian yang muda, cerdas, dan kreatif untuk membangun bangsa ini.”

Dalam paparannya, Bambang menyampaikan sejumlah tantangan kesehatan di Indonesia yang perlu dibenahi. Berdasarkan data dari Kemenkes pada 2020, angka kematian Ibu di Indonesia tertinggal dengan beberapa negara ASEAN lainnya, yakni Timor Leste, Filipina, Vietnam, dan Malaysia. Indonesia tercatat memiliki angka kematian ibu sebesar 189 atau hanya lebih baik dari Myanmar yang memiliki angka kematian sebesar 250.

Selain itu, ia menjelaskan bahwa Indonesia juga kekurangan dokter spesialis; yang saat ini hanya terkonsentrasi di pulau Jawa atau setara 59 persen dan hanya tersebar di 30 dari 38 provinsi. Menurutnya, butuh waktu 10 tahun untuk bisa memenuhi kebutuhan dokter spesialis di daerah yang kekurangan. Untuk mengatasi permasalahan ini, Kemenkes telah menginisiasi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Berbasis Rumah Sakit Pendidikan Penyelenggara Utama (RSP-PU)/Hospital based pada 6 Mei 2024.

Untuk mewujudkan sistem kesehatan Indonesia yang tangguh dan terintegrasi, Kemenkes juga telah mengusung program yang disebut Transformasi Kesehatan. Transformasi kesehatan ini terdiri dari enam pilar, di antaranya Transformasi Layanan Primer, Transformasi Layanan Rujukan, Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan, Transformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan, Transformasi SDM Kesehatan, dan Transformasi Teknologi kesehatan.

Lebih lanjut, Bambang menyampaikan sejumlah manfaat jika bergabung dengan Kemenkes, yakni mendapatkan kesempatan pendidikan lanjutan di dalam negeri maupun luar negeri, pengembangan kompetensi serta menjalin jejaring dengan institusi internasional, menjadi bagian dari program-program inovatif, mendapatkan insentif yang atraktif, jabatan strategis di Kemenkes, serta berkarier di instansi lain hingga lembaga internasional.

“Menjadi ASN Kementerian Kesehatan tidak harus berasal dari latar belakang kesehatan. Kementerian Kesehatan membuka pintu bagi para pejuang kesehatan dari berbagai latar belakang ilmu. Kemenkes membutuhkan SDM yang memiliki kemampuan manajerial; keahlian terkait teknologi, komunikasi dan informasi; keahlian ekonomi, serta keahlian sosial dalam pengelolaan kesehatan yang berkualitas,” ucap Bambang.

Usai paparan, Kemenkes juga menghadirkan tiga pembicara yang membagikan pengalamannya selama berkarier di Kemenkes. Mereka adalah dr. Gerhard Reinaldi Situmorang, Sp.U seorang Ahli Bedah Transplantasi Ginjal dan Urologi sekaligus Dokter Pendidik Klinis Ahli Muda di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Ririn Ramadhany, Ph.D selaku wakil dari Pusat Sistem dan Strategi Kesehatan Kemenkes sekaligus Co-Founder Biomedical Genome Based Science Initiative (BGSi), dan Hendrastuti Pertiwi, S.K.M., M.HSM selaku Kepala Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia (OSDM) Kemenkes.

Melalui acara “Kemenkes Goes to Campus”, UPH telah membuktikan komitmen untuk mendidik, memberikan wawasan baru, dan menginspirasi mahasiswa. Melalui pendidikan unggul dan semangat kolaboratif, UPH memastikan mahasiswa siap menjadi lulusan yang takut akan Tuhan, profesional, dan berdampak positif bagi masyarakat.