UPH Cornerstone Initiative 2025: Membentuk Pemimpin Masa Depan yang Berintegritas.

Kepemimpinan sejati bukan hanya soal jabatan, tetapi tentang bagaimana seseorang dapat menginspirasi dan membawa perubahan. Sebagai bagian dari komitmennya dalam membentuk generasi pemimpin yang tangguh, Universitas Pelita Harapan (UPH) menghadirkan Cornerstone Initiative (CSI) 2025—sebuah program kepemimpinan yang membangun integritas, kolaborasi, dan kepedulian sosial. 

Sebagai kelanjutan dari Keystone, CSI 2025 dirancang untuk mendorong mahasiswa mengembangkan jiwa kepemimpinan yang berorientasi pada dampak positif bagi masyarakat. Acara ini melibatkan sekitar 500 mahasiswa dan berlangsung pada 14–15 Maret 2025 di Kampus UPH Lippo Village. 

Melalui CSI 2025, UPH senantiasa membekali mahasiswa dengan keterampilan kepemimpinan dan  menanamkan nilai-nilai yang membentuk pemimpin visioner. Harapannya para mahasiswa mampu menghadapi tantangan, bekerja sama, dan memberikan dampak nyata di berbagai bidang. 

Membangun Visi dan Konsistensi dalam Kepemimpinan 

Sesi CSI 2025 diawali dengan sesi inspiratif bertajuk ‘See The Future’, yang menghadirkan Dr. Andry M. Panjaitan, S. T., M. T., CPHCM., Associate Vice President of Student Development dan Dr. Jerry A. K. Sambuaga, B.A., MIA, Vice Rector of External Affairs.  

Dr. Jerry menekankan bahwa kepemimpinan bukan hanya soal latar belakang, tetapi bagaimana seseorang merancang strategi jangka panjang dan tetap konsisten menjalankannya. 

“Menjadi pemimpin bukan sekadar keberuntungan, tetapi tentang memiliki visi yang jelas dan disiplin dalam mencapainya,” ujarnya. 

Dalam sesi ini, Jerry juga membagikan pengalamannya sebagai Wakil Menteri Perdagangan. Ia menyoroti bahwa politik bukanlah profesi utama, tetapi bidang yang menuntut kesiapan mental dan kapasitas dalam berbagai aspek. Ia menekankan bahwa seseorang yang ingin terjun ke dunia politik harus memiliki nilai dan prinsip yang kuat, bukan sekadar menjadikannya sebagai jalan untuk mencari penghidupan. 

Lebih lanjut, Andry menambahkan bahwa tanpa keteguhan sikap, sebuah visi hanya akan menjadi wacana. “Kita bisa punya visi sebaik apa pun, tapi kalau tidak konsisten dalam mengeksekusinya, semuanya hanya akan menjadi rencana tanpa realisasi,” katanya. 

Konsistensi inilah yang menurut Andry menjadi faktor pembeda antara pemimpin yang sukses dan yang hanya memiliki impian. Ia menjelaskan bahwa dalam kepemimpinan tantangan akan selalu ada tetapi pemimpin yang hebat adalah mereka yang tetap teguh pada jalannya tanpa mudah goyah. 

Beradaptasi, Menyeimbangkan Hasil, dan Menghidupi Nilai Kepemimpinan 

Alumni Fakultas Psikologi UPH angkatan 2019, Sherlyn Chang turut membagikan pengalamannya dalam sesi bertajuk ‘Engage and Develop Others’ yang berfokus pada bagaimana pemimpin harus memilih prioritas dan membimbing orang lain. Menurutnya, dalam kepemimpinan, tidak semua tantangan perlu dihadapi secara frontal, dan tidak semua perdebatan harus dimenangkan. 

“Pemimpin yang bijak tahu kapan harus maju dan kapan harus mundur. Tidak semua pertempuran perlu diperjuangkan,” jelas Sherlyn. 

Selain itu, ia menekankan pentingnya kestabilan diri sebelum membantu orang lain. “Bagaimana kita bisa membimbing orang lain jika kita sendiri tidak stabil? Pemimpin harus memastikan dirinya dalam kondisi yang baik sebelum dapat memimpin orang lain secara efektif,” ujarnya. 

Sherlyn juga menambahkan bahwa pemimpin harus mampu membangun hubungan yang sehat dengan tim. Dengan pendekatan yang tulus dan pemahaman konteks yang mendalam, pemimpin dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan bersama. 

Beradaptasi, Menyeimbangkan Hasil, dan Menghidupi Nilai Kepemimpinan 

Dalam sesi ‘Reinvent Continuously’, Kenneth Girvan, selaku Student Organization Staff UPH menekankan bahwa pemimpin yang efektif harus mampu beradaptasi dengan perubahan. Dunia yang terus berkembang menuntut pemimpin untuk berpikir kreatif, bertindak strategis, dan mengelola perubahan dengan bijak. Dengan pola pikir yang fleksibel, pemimpin dapat menjadikan tantangan sebagai peluang untuk tumbuh dan berkembang, bukan sebagai hambatan. 

Selain itu, dalam sesi ‘Value Results & Relationships’, Kenneth juga membahas pentingnya keseimbangan antara pencapaian hasil dan membangun hubungan dalam tim. Pemimpin yang hanya berorientasi pada hasil berisiko mengorbankan hubungan dengan timnya, sementara yang terlalu fokus pada relasi dapat kehilangan efektivitas dalam mencapai target. Oleh karena itu, pemimpin harus mampu membangun ekspektasi yang jelas dan menanamkan budaya kerja yang produktif sekaligus harmonis. 

Di penghujung acara, sesi ‘Embody the Values’ yang dibagikan oleh Youry Royke P. Timbuleng, selaku Manager of Mentoring and Community Development UPH, menekankan bahwa kepemimpinan sejati berakar pada nilai-nilai yang kuat. Integritas dalam kepemimpinan harus dijaga dan diterapkan dalam setiap tindakan, bukan sekadar menjadi teori. Pemimpin yang mampu menanamkan nilai-nilai positif dalam budaya organisasi akan membangun fondasi kepemimpinan yang kokoh dan berkelanjutan. 

CSI 2025 menjadi perjalanan bagi mahasiswa untuk siap menjadi pemimpin yang memiliki visi, mampu beradaptasi, dan berpegang teguh pada nilai-nilai integritas. Visi yang jelas harus diiringi dengan kemampuan membangun hubungan, mengelola perubahan, serta menjaga keseimbangan antara hasil dan kepedulian terhadap orang-orang di sekitarnya.  

Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, mahasiswa UPH diharapkan mampu menjadi pemimpin masa depan yang selalu Takut akan Tuhan, unggul, dan dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat.