04/05/2018 Uncategorized
subtitle
Sesi ketiga Science-Tech Colloquium sebagai program bulanan dari Fakultas Sains dan Teknologi (FaST) kembali hadir dengan topik Eksplorasi Inovasi dan Karakterisasi Gitar Elektrik dari Program Studi Teknik Elektro pada 27 April 2018 di Gedung B ruang 527
![]() Dr. Ing. Ihan Martoyo, S.T., M.Sc., dosen Teknik Elektro Membawakan Pemaparan Mengenai Penelitian Terhadap Gitar Elektrik
|
||
Sesi ketiga Science-Tech Colloquium sebagai program bulanan dari Fakultas Sains dan Teknologi (FaST) kembali hadir dengan topik Eksplorasi Inovasi dan Karakterisasi Gitar Elektrik dari Program Studi Teknik Elektro pada 27 April 2018 di Gedung B ruang 527 UPH Lippo Village, Tangerang.
Topik yang dibawakan oleh Dr. Ing. Ihan Martoyo, S.T., M.Sc., dosen Teknik Elektro merupakan hasil dari tugas akhir penelitian mahasiswa Teknik Elektro milik Julius Gunawan dan Joshua Hutabarat yang dibimbing langsung oleh Ihan, tahun 2017.
?Penelitian ini hadir karena kita berpikir bahwa pemusik biasanya tidak akan fokus pada frekuensi suara, bagaimana perbedaan ukurannya. Untuk itu melalui penelitian ini kita dari proram studi mendorong mereka agar kreatif untuk meneliti karakteristik gitar elektrik berdasarkan keilmuan Teknik Elektro dengan melakukan pengukuran frekuensi,? ungkap Ihan.
Dalam paparan singkat ini, Ihan menjelaskan seputar penelitian gitar elektrik ini seputar pemilihan materi hingga perbandingan antar gitar melalui perhitungan frekuensi dan sebagainya.
Diawali dengan penentuan pemilihan materi gitar yang ingin diuji, mahasiswa ini memilih nylon, aklirik, dan kayu. Uniknya materi nylon merupakan materi yang digunakan untuk membuat talenan, dengan tujuan untuk kemudahan pencarian material dan pemanfaatan material sekitar. Untuk itulah Julius Gunawan memilih talenan bekas dan dipotong. Dalam penggunaan nylon ini ditemukan beragam masalah seperti kesulitan pemotongan dan sulitnya memasukkan skrup, tidak seperti materi kayu yang lebih mudah. Materi lainnya yaitu menggunakan aklirik yang dianggap lebih mudah dibentuk sesuai dengan keinginan dan kayu. Untuk kayu, kedua mahasiswa ini menggunakan body gitar yang ada lalu dipotong menjadi lebih kecil dengan konsep mini wood yang ditujukan sebagai travel guitar.
Melalui penelitian ini, kedua mahasiswa tersebut melakukan serangkaian tes frekuensi baik tanpa maupun menggunakan efek distorsi komersil seperti yang biasa digunakan pada gitar elektrik. |
||
?Dari hasil pengujian, efek distorsi yang biasa digunaka gitar elektrik menghasilkan frekuensi 1650 Hz dan frekuensi efek distorsi rakitan 2970Hz. Untuk pengujian gitar berbahan dasar aklirik, Joshua menggunakan efek distorsi jenis fuzz. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa efek distorsi jenis Fuzz yang biasa digunakan memiliki warna frekuensi lebih luas dan berwarna. Namun jika membandingkan antara material yang berbeda, ditemukan bahwa material aklirik lebih berwarna dibanding kayu,? papar Ihan.
Melalui diskusi pada Science-tech Colloquium diharapkan kedepannya akan muncul ide-ide baru untuk meneliti topik ini dengan lebih komprehensif terutama untuk hal-hal yang belum terbahas dalam penelitian ini. (mt) |
||
![]() (Tengah) Dr. Henri P. Uranus – Ketua Program Studi Teknik Elektro Memberikan Sertifikat Sebagai Tanda Apresiasi kepada Ihan Martoyo
|
||
UPH Media Relations
|