16/05/2018 Uncategorized
Menjawab kebutuhan pendidikan di era digital, Universitas Pelita Harapan (UPH) berupaya memanfaatkan teknologi digital melalui program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) untuk berkontribusi dalam kecerdasan bangsa. Program pendidikan ini yang dipamerkan dalam W
![]() Didampingi (ki-ka) Dr. Paulina Pannen, M. Ls – Ditjen Perguruan Tinggi dalam Kemenristekdikti, Prof. Aleksius Jemadu – Dekan Fisip, Naniek N. Setijadi – Associate Dean FISIP,
dan Stella Stefany S.Sos.,M.I.Kom. – Dosen PJJ; Mohamad Nasir – Menristekdikti Mengunjungi Booth UPH yang Mengenalkan Program PJJ
dan Berbincang dengan 3 Mahasiswa PJJ melalui Aplikasi Skype
|
||
Menjawab kebutuhan pendidikan di era digital, Universitas Pelita Harapan (UPH) berupaya memanfaatkan teknologi digital melalui program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) untuk berkontribusi dalam kecerdasan bangsa. Program pendidikan ini yang dipamerkan dalam World Post Graduate (WPG) Expo di JCC, 12-13 Mei 2018.
Untuk UPH sendiri PJJ atau lebih dikenal dengan Online Learning dianggap sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pendidikan di era digital. Melalui model belajar jenjang strata 1 (S1) dengan kurikulum dan tenaga pengajar teruji yang dilakukan dengan sistem online, tanpa perlu tatap muka. Di UPH program Online Learning ini tersedia untuk program Studi (Prodi) Integrated Marketing Communication (IMC).
Kebutuhan akan model pembelajaran online ini diakui juga oleh Prof. Dr. Paulina Pannen, M. Ls., Ditjen Perguruan Tinggi dalam Kemenristekdikti (Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi) yang fokus terhadap program PJJ dari perguruan tinggi. |
||
Paulina juga menambahkan bahwa sebuah perguruan tinggi yang ingin menyelenggarakan program PJJ ini harus memperhatikan beberapa hal. Pertama tentunya kampus harus berbasiskan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Salah satu upaya yang bisa diterapkan yaitu mencoba membuat mata kuliah yang ada dalam bentuk digital. Setelah mata kuliah digital, lalu berusaha untuk blended, artinya mata kuliahnya digital tapi pertemuan masih tatap muka. Lalu lama-lama tatap muka dikurangi, dan digital diperbanyak. Setelah ini berjalan barulah menurut Paulina, universitas tersebut dapat membuka diri untuk membuat program PJJ bagi calon mahasiswa di luar kota atau mungkin dapat berkolaborasi membantu memfasilitasi mahasiswa dari perguruan tinggi di daerah-daerah yang masih terbatas tenaga pengajarnya.
Terkait hal itu, tentunya UPH juga sudah menjalankan persiapan tersebut sebelum program PJJ ditawarkan. Contoh upaya yang dilakukan UPH dimulai dengan memberikan akses kepada mahasiswa regular untuk melihat beberapa materi perkuliahan dan pengerjaan tugas kuliah secara online melalui website learn.uph.edu. Para dosen juga didorong untuk aktif memanfaatkan teknologi tersebut untuk update materi kuliah. Selain itu sejak awal masuk perkuliahan, mahasiswa juga sudah didorong untuk fasih dengan teknologi, dimana mereka harus melakukan pengecekan jadwal kuliah, ruang kelas, dosen pengajar, dan sebagainya melalui website web.academic.uph.edu.
Melihat urgensi terhadap kebutuhan program PJJ inilah, UPH turut berpartisipasi dalam WPG Expo yang dimanfaatkan sebagai sarana mengenalkan program Online Learning dan program studi PJJ IMC kepada publik. Tidak hanya UPH yang berpartisipasi, beberapa universitas dengan program PJJ-nya juga turut hadir dalam pameran seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Terbuka (UT), Binus, Politeknes Kemenkes Kupang, Universitas Gadjah Mada, dan lainnya. Diharapkan melalui program PJJ ini setiap orang dapat mendapatkan pendidikan berkualitas yang lebih memudahkan tanpa terbatas oleh jarak. (mt) |
||
|
||