(ki-ka) Seminar Nasional bersama Wiwin Iswandi – Destination Facilitator For DMO Cluster Rinjani – NTB, Dr. Frans Teguh – Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Kementerian Pariwisata RI, Ir. Wiwien Tribuwani, M.T. – Peneliti pada Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan ITB, Dr. Amelda Pramezwary, A.Par., M.M. – Ketua Prodi Manajemen Perhotelan sebagai Moderator, dan Harry Nugraha – Founder EGO Global Network
|
Senin, 9 April 2018 Sekolah Tinggi Pelita Harapan (STPPH) mengadakan Seminar Nasional sebagai pembuka acara dari Hospitour 2018, acara tahunan dari STPPH yang kali ini mengambil tema ?Destination?. Seminar ini difokuskan pada pembahasan topik ?The Role of Sustainable Tourism in Indonesia?, yang disampaikan 5 pembicara, diantaranya I Gede Ardika, (2001-2004 Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Kabinet Gotong Royong) Dr. Frans Teguh, (Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Kementerian Pariwisata RI), Wiwin Iswandi, (Destination Facilitator For DMO Cluster Rinjani – NTB), Ir. Wiwien Tribuwani, M.T., (peneliti pada Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan ITB) dan Harry Nugraha .
Para pembicara memberikan paparan tentang konsep sustainable dari perspektif bidang keahlian masing-masing. Dimulai dari Frans Teguh menjelaskan inti dari Sustainable Tourism sebagai konsep yang selalu berkaitan dengan proses. Dengan demikian mengandung arti perubahan yang ada tindakan aktif dimulai dari hal-hal kecil.
|
Dr. Frans Teguh
|
?Bicara sustainable tourism ini artinya harus ada revolusioner, pola pikir yang sudah ada terkait perubahan itu harus dibuktikan dengan aksi konkrit. Sustainable juga berkaitan denga kondisi bumi atau dunia ini, dan manusialah yang memegan peranan penting untuk tetap menjadikan bumi baik atau buruk. Tentunya kepariwisataan berkelanjutan terus diupayakan karena memilki tujuan menjadikan destinasi budaya itu sebagai entitias dimana bukan hanya tentang lokasinya tapi juga berkaitan dengan masyarakat dan suasana. Sehingga keberlanjutan ini erat kaitannya dengan masyarakat. Pada akhirnya untuk mengupayakan pariwisata berkelanjutan kita harus memastikan resources kita yaitu alam, budaya, dan masyarakat berkembang seimbang. Masyarakat lokal juga harus mampu merasakan manfaatnya,? jelas Frans.
Lebih lanjut lagi ia juga menekankan bahwa pengembangan pariwisata yang berkelanjutan harus memberikan pengalaman wow (wow experience). Di akhir paparannya Frans menambahkan bahwa diluar segala upaya pengembangan pariwisata berkelanjutan, yang terpenting itu adalah spirit. Esensi kehidupan bukan yang dilihat mata tapi hati.
|
Frans ingin agar selepas acara ini, para peserta dapat termotivasi untuk menjadi pemimpin di bidang pariwisata yang berkomitmen untuk menjadikan pariwisata Indonesia berkelanjutan, memiliki keseimbangan di seluruh resources, memberi manfaat bagi setiap pihak.
|
Wiwin Iswandi
|
Selanjutnya paparan yang diberikan oleh Wiwin Iswandi ? Destination Facilitator yang ikut berperan sebagai pelaku pengembang wisata di Aceh setelah Tsunami, membuka wawasan mahasiswa dan peserta seminar melalui pengalamannya ketika ia dan tim bersama-sama berupaya mengembalikan wisata pesisir dan pulau-pulau kecil di pulau We, Sabang, Aceh. Bagaimana perekonomian di Aceh yang menurun setelah Tsunami, kembali berkembang karena pengembangan wisata yang tepat sasaran. Strategi yang diberikannya yaitu pengelolaan sumber daya alam laut, penguatan institusi lokal, penguatan ekonomi masyarakat pesisir, dan pengembangan pariwisata melalui pemetaan potensi dan kapasitas masyarakat.
?Dari ini semua, artinya untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan selalu butuh keterlibatan semua pihak, butuh dukungan dan komitmen kuat dari pemerintah, swasta, akademisi, media, dan masyarakat, sehingga manfaatnya dapat dirasakan maksimal,? tutup Wiwin.
|
Berbeda dari paparan sebelumnya, Ir. Wiwien Tribuwani, M.T., – Peneliti pada Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan ITB, memberikan paparan tentang contoh-contoh teknik pengembangan pariwisata melalui salah satu cara, yaitu teknik interpretasi. Artinya bagaimana menunjukan sesuatu agar orang lain mampu memaknai dengan baik.
|
?Interpretasi artinya mengkomunikasikan beragam ide dan perasaan yang membantu orang untuk memperkaya untuk pemahaman, meningkatkan penghargaan terhadap dunia, dan memahami peran mereka di dalamnya,? jelas Wiwien.
Dalam kesempatannya, ia mencontohkan praktek menggunakan teknik interpretasi dengan menjelaskan wisata Belitung dan wisata suku Bajo yang menggunakan konsep story telling tentang bintang yang dimanfaatkan oleh masyarakat lokal Bajo dalam beraktivitas.
|
Wiwien Tribuwani
|
Usai Wiwien, Harry Dwi Nugraha ? Founder EGO Global Network, menutup Seminar Nasional dengan sukses meningkatkan semangat para mahasiswa sebagai generasi muda yang dapat berperan bagi pariwisata Indonesia.
|
?Kalian semua disebut sebagai generasi ketiga untuk pariwisata Indonesia. Harus kalian pahami bahwa kalian harus optimis menjadi orang yang terlibat dan menjadi lulusan pariwisata. Kenapa? Karena kalian akan dibekali, dilatih, dan selalu berupaya untuk memiliki etos kerja. Hubungannya apa dengan prinsip keberlanjutan ini? Hanya dengan etos kerja yang benar, melatih diri untuk dapat bekerja keras, menjadi prinsip utama sustainable tourism yang harus dipersiapkan kalian semua sebagai generasi muda yang meneruskan kepariwisataan Indonesia. Teraklhir, kunci utama di dunia hospitality yaitu kepekaan. Ini harus dimiliki semua orang,? tutup Harry.
|
Harry Nugraha
|
Seminar yang dihadiri 300 peserta yang berasal dari 34 Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) dan 4 SMK ini diharapkan dapat semakin membuka wawasan. Peserta yang hadir juga begitu antusias ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan seputar pembahasan. (mt)
|
Mahasiswa STPPH bersama Mahasiswa dari STP yang Datang Dari Beragam Daerah
Mengikuti Seminar Nasional
|
Mahasiswa dari STP Bali Antusias dalam Memberikan Pertanyaan kepada Narasumber
di Seminar Nasional
|
|
UPH Media Relations
|