David Aikman, seorang pendidik, penulis buku, dan jurnalis ternama di TIME Magazine, berusaha mengupas dan menyikapi berbagai isu dan permasalahan yang ada di dunia ini sebagai seorang jurnalis dengan perspektif Kristen.
|
||
Aikman mengatakan bahwa saat ini media banyak menyampaikan berbagai pemberitaan yang memihak/berat sebelah. Padahal, media adalah alat yang mampu membuat masyarakat tahu tentang apa yang sedang terjadi di dunia saat ini. Dengan kata lain,melalui medialah masyarakat dapat memposisikan diri mereka terhadap masalah yang ada sehingga dapat segera diselesaikan.
Aikman mengemukakan beberapa pandangan mengenai apa itu jurnalistik. Ia mengutip pernyataan novelis Inggris Evelyn Waugh, ?News is what a chap who doesn’t care much about anything wants to read. And it’s only news until he?s read it. Afer that it?s dead.? Hal ini mengacu pada tulisan yang dibuat hanya untuk dijadikan sekedar berita, dibaca, kemudian lewat begitu saja. Padahal, menurut pandangan Kristen, Aikman berkata bahwa berita adalah suatu hal yang ditulis oleh jurnalis yang mengandung kebenaran dan mampu mengubah pandangan seseorang. Hal tersebut diperkuat dengan memberikan contoh dialog antara Pilatus dengan Yesus, dalam Alkitab, yang dianalogikannya seperti percakapan seorang jurnalis dengan narasumbernya. Dari percakapan tersebut akhirnya Pilatus menuliskan tulisan di atas kayu salib ?Yesus Raja Orang Yahudi? yang menimbulkan banyak pertanyaan dari orang Yahudi sendiri. Pilatus menjawab ?what I have written, I have written.? Melalui tulisan tersebut Pilatus ingin menyuarakan apa yang ia tahu dan yakini tentang Yesus. Itulah gambaran seorang jurnalis yang sejati yaitu memiliki dorongan yang kuat untuk mengungkapkan fakta. Aikman menegaskan pentingnya seorang jurnalis memiliki sikap rendah hati, jujur, dan berintegritas.
Satu dari berbagai pengalamannya sebagai seorang jurnalis Kristen adalah ketika ia bersama dengan jurnalis asing lainnya di Kamboja menyaksikan hari-hari terakhir masyarakat Kamboja sebelum pemerintahan diambil alih oleh penguasa komunisme. Di atas atap salah satu gedung di Phnom Penh, Aikman menyaksikan ada sekelompok orang Kristen yang siap dibaptis di sebuah gereja. Mayoritas masyarakat Kamboja sendiri tidak menganut iman Kristiani, dan dengan dibaptis di gereja, menandakan bahwa mereka siap untuk dibunuh. Melihat kejadian ini, Aikman bertanya, mengapa Tuhan mengijinkan dirinya untuk menyaksikan hal ini. Segera Aikman menyadari bahwa tulisannya tentang peristiwa ini dapat mengubah dunia dan membantu menyampaikan suara masyarakat tentang apa yang ingin mereka tuju dalam hidup mereka.
?Tantangan dari menjadi seorang jurnalis Kristen ialah untuk memberikan masyarakat jawaban, yaitu sebuah pengharapan,? kata Aikman dalam acara konferensi ini. Hal ini mengacu pada harapan masyarakat akan terwujudnya kebenaran, keadilan, dan kebebasan. |
||
UPH Media Relations |