17/07/2009 Uncategorized
Dalam tesisnya yang berjudul ?Inclusive Program in One Early Childhood Setting: Perspective From a Student with Cerebral Palsy?, Delisma membahas program pendidikan alternative baru yang dinamakan program inklusif, yang bisa digunakan untuk anak penderita
Dalam tesisnya yang berjudul ?Inclusive Program in One Early Childhood Setting: Perspective From a Student with Cerebral Palsy?, Delisma membahas program pendidikan alternative baru yang dinamakan program inklusif, yang bisa digunakan untuk anak penderita
Lulus dengan IPK 3.91 dari Program Pascasarjana Pendidikan di Universitas Pelita Harapan (UPH), Delsima Ade Sembiring menjadi lulusan terbaik pada Mei 2009.
?Dari awal saya tidak pernah menetapkan target nilai IPK saat kelulusan, tapi saya selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam mengerjakan tugas. Tuhan telah banyak membantu saya,? kata wanita yang juga lulusan dari Fashion Institute of Technology ? New York.
Sebagai seorang guru, Delisma mempunya ketertarikan di pendidikan, terutama pendidikan di Indonesia. Dalam tesisnya yang berjudul ?Inclusive Program in One Early Childhood Setting: Perspective From a Student with Cerebral Palsy?, Delisma membahas program pendidikan alternative baru yang dinamakan program inklusif, yang bisa digunakan untuk anak penderita cerebral palsy (kekurangan kontrol motorik yang disebabkan oleh kerusakan permanen otak sejak dari kelahiran).
Program pendidikan inklusif memiliki konsep untuk mengumpulkan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal di sekolah umum. Dengan cara ini, anak berkebutuhan khusus dapat beradaptasi dengan semua aspek sosial baik di sekolah maupun masyarakat.
?Program inklusif memberikan akses pendidikan dan akomodasi bagi murid dengan kebutuhan khusus untuk mengenyam pendidikan umum ? karena pendidikan adalah hak dari setiap anak, tanpa pengecualian,? kata Delisma.
Delisma mempraktekan program inklusif dalam empat tahun akhir ini di sekolah tempat ia mengajar. Ia telah melihat banyak dampak positif dari program ini, tidak hanya untuk anak yang berkebutuhan khusus, tapi juga untuk para murid dalam memperkuat rasa simpati mereka dan untuk para guru menjadi lebih fleksibel, profesional dan kompeten.
Bagi anak penderita cerebral palsy, Delisma menyarankan kunci antara guru dan orangtua murid adalah komunikasi dan keterbukaan. ?Dengan komunikasi yang baik, guru di sekolah bisa lebih pasti untuk menggunakan metode pengajaran yang tepat untuk membantu perkembangan fisik anak, area sensorik, kemampuan berbahasa, area emotional/sosial, dan perkembangan kognitif,? katanya.
Ia percaya sekolah juga memerlukan akses untuk terapis khusus sehingga terdapat pelatihan atau program khusus di mana murid dengan cerebral palsy bisa bergabung.
Delisma khawatir dengan fakta bahwa 95 persen anak-anak dengan kebutuhan khusus di seluruh Indonesia masih belum memiliki akses ke pendidikan. Ia berharap institusi pendidikan di Indonesia baik dari negeri maupun swasta dapat membantu untuk melaksanakan program inklusif ini di sekolah mereka.
?Jumlah sekolah inklusif sangatlah rendah dan mereka tidak dapat mendidik semua murid terutama di daerah terpencil. Tidak hanya anak penderita cerebral palsy, namun juga semua anak-anak berkebutuhan khsusus yang memerlukan perhatian dari masyarakat,? kata Delisma.
Delisma yang telah menekuni profesi guru sejak tahun 1998 berharap pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik. Ia percaya pola pikir para guru harus diubah ? bahwa program inklusif bisa dilaksanakan dan metode pengajaran tradisional tidak bisa selalu digunakan.
?Dasar dari sebuah negara ditentukan dari pendidikannya. Dari bidang yang saya lihat, guru-guru Indonesia masih memerlukan banyak pelatihan karena pada dasarnya menjadi guru adalah panggilan dari hati. Hal ini harus dibagikan kepada para guru di Indonesia,? katanya.
Delisma bergabung dengan sebuah institusi pendidikan yang memiliki komitmen untuk memperkuat pengembangan dan pelatihan para guru yang bernama Teacher’s Training Program in Early Childhood. Institusi ini menyelenggarakan pelatihan rutin setiap minggunya agar dapat meningkatkan kecintaan mengajar dan pengertian terhadap para murid dalam setiap guru.